Friday, April 22, 2011

Kata Dia, "Hidup Diantara Orang-Orang Hebat"

Aku merasakan hal yang sama dengan mu nak. Aku juga hidup diantara orang-orang yang hebat. Bukan berarti mereka memiliki gelar atau dikenal oleh seluruh dunia. Bukan pula berarti mereka diakui banyak orang atau memiliki banyak kelebihan hingga dianggap sempurna. Mereka hanya menjadi diri mereka sendiri dihadapanku Apa adanya. Seolah mereka menunjukkan bahwa "inilah aku" tanpa melihat siapa 'aku' yang mereka tunjukkan. Mereka hanya mengizinkanku mengenal mereka lebih jauh dari yang kuharapkan. Memberikan aku kesempatan, untuk menunjukkan bahwa aku bisa masuk kedalam dunia mereka lebih jauh dari yang pernah kubayangkan.

Hahahahha... asal tahu saja... kelebihan yang ada pada kalian membuatku termotivasi dan selalu berusaha jadi lebih baik. Sedangkan kekurangan kalian, membuatku semakin kaya dan sayang sama semua.

AlKaLi sungguh orang-orang yang hebat :D

terima kasih :)

Sunday, April 17, 2011

Hujan Malam Itu

Bau hujan mengingatkanku akan malam itu. Ketika suara motormu perlahan terdengar sayup ditelingaku. Kedua orangtuaku telah duduk di beranda, menahan dinginnya angin malam dan cipratan air dari lantai. Demi bertemu dengan mu, demi melihat pilihanku. Hujan malam itu membuatmu basah  kuyup, begitupun dengan kaki kedua orang tuaku. Aku menunggu sambil menyaksikan acara televisi, tanpa sedikitpun kutangkap apa isi ceritanya.

Suara motormu sontak membuat ayahku berdiri tegap. Melihat dengan tatapan serius kearah kamu, yang sedang buru-buru melepaskan helm di sebrang pagar. Aku pun tanpa sadar berlari membukakan pagar untukmu. Sambil membantumu menggiring kuda besi, masuk kedalam kediamanku.

"Kau telat" itu kalimat pertama yang ayahku keluarkan sambil berkecak pinggang. Kamu hanya tertunduk, diam, kemudian meminta maaf sedalam-dalamnya. Bukan hanya kamu, saat ini hatiku pun kacau dan kecewa. Aku tidak dapat menerka ayahku. Dan ini, baru pertama kali terjadi. Ibu langsung membantumu yang basah kuyup masuk kedalam rumah. TV ku matikan dan aku cepat-cepat mengambil kaos ayah yang sudah cukup usang. Maaf aku membuatmu harus mengenakan pakaian yang sudah jadi kandidat kain lap. Mau bagaimana. Hanya satu alasanku, nanti ayah semakin murka.

Umurku ketika itu baru 14 tahun, selama 2 hari. Kamu baru berumur 17 tahun dan baru 1 minggu memiliki sim. Sungguh usia yang sangat muda, dibandingkan dengan saat ini. Ibu berusaha membantumu, memberikan kebutuhan mu di malam itu. Dan aku, dengan segera merebus air dan memberikan teh kedalamnya. Aroma teh seakan membiusku, membuat ku jadi jauh lebih tenang. Tiba-tiba aku teringat akan kaki ayahku. Pasti ia sangat kedinginan. Kubesarkan api dan kubiarkan air semakin jadi panas. Saat itu, semua orang menjadi dingin.

Ibu terus-terusan mengelus bahu ayah yang lebar. Kini mereka bertiga tengah duduk di ruang tengah ditemani angin malam yang masuk dari pintu. Ayahpun memulai pembicaraan.

"Siapa namamu?"
Kamu seketika mengangkat kepala dan menegakkan punggungmu. Melihat hal itu, rasanya aku mengerti apa alasanmu bersikeras menerima undangan tak terhormat ayah yang berkali-kali kutangisi.
"Dias" jawabmu tegas.
"Berapa umurmu?"
"17"
"Kau masih sekolah?"
"Ya"
"Apakah kau pernah membuat onar di sekolah"
"Tidak... aku punya banyak teman di semua kelas dan guru-guru percaya padaku"

Penyataanmu di malam itu membuat ayahku bungkam. Tiba-tiba aku teringat akan teh ku dan langsung berlari-lari kecil menuju dapur. Kusiapkan 3 gelas dan 1 poci penuh teh coklat favoritku. Perlahan kubawa teh itu dengan baki. Itu merupakan pengalaman pertamaku membawa baki seberat itu. Ibu yang melihatku tia-tiba terkejut melihatku yang keluar dari daur dan segera ingin membantuku. Aku menolak dengan halus. Aku akan buktikan, bahwa aku juga bisa menyeduh teh untuk ayah dan tamu nya.

Ayah teralih pandangannya ketika aku datang membawa teh dengan  poci kesayangannya. Aku berlutut, kemudian menuangkan teh itu ke gelas-gelas yang kubawa. Kemudian aku duduk dengan rapi disebelah ayah,  menatap Dias yang semakin bias di mata ku. 

"Kau masih begitu muda. Mengapa kau nekat mencoreng namamu dengan membuat gadisku terluka? tidakkah kau berfikir terlebih dahulu? ia dan kamu masih begitu belia! belum waktunya kamu berani membawa gadisku dan sok jadi raja jalanan dengan kendaraanmu!"

Ayah murka. Seketika kalimat panjang ayah membuat otakku berputar, mengingat malam hujan sebulan yang lalu. Kuda besi mu tergelincir dan kita terjatuh bersama ke jalanan yang keras dan licin. Luka pada lenganmu kini nampak jelas dibawah remang lampu ruang tengahku. Dan luka di kepalaku, seketika menjadi sangat ngilu, seakan-akan ia sadar bahwa ialah yang menjadi pokok masalah pembicaraan yang memanas ini. 

Kamu hanya diam, tampak menangis di mataku. Luka di lenganmu jauh lebih parah dan lebih berbekas daripada luka di kepala ku. Seharusnya, ayahku memaafkanmu. Kamu melindungiku di malam itu.

"Maafkan saya" 
Tiba-tiba suara mu memecah keheningan dan menurunkan dada ayah yang naik karena amarah. Kepala mu kini terangkat dan sungguh jelas terlihat di mata mu bahwa kau menyesal. 
"Maafkan saya"
Lagi-lagi kamu mengucapkan itu. Tak lama gerakan mu membuatku menjatuhkan airmata.
"Nak Dias... tak perlu berlutut seperti itu... ayo duduk lagi"
Suara ibu terdengar begitu pilu. Tubuhku serasa dirantai, mulutku terkunci. Apa apaan kamu!
"Maafkan saya... saya mengerti... sangat sulit memaafkan saya... bahkan saya pun belum bisa memaafkan kecerobohan saya... Saya tak tahu lagi harus berbuat apa... "
Kalimatmu membuat lubang besar di dadaku. Apa apaan kamu! Jangan membuatku semakin tak dapat menahan air mata. Sungguh semua itu bukan cuma kesalahanmu. Itu juga salahku. Akulah yang memaksamu berkendara malam itu, membawa ku.

Ayah tak lagi dapat berkata-kata. Wajahnya kian melembut, sejak kau mengucapkan maaf pertama kali. Tiba-tiba ayah bangkit dari duduknya dan merangkulmu perlahan.

"ayo nikmati tehnya. Angkat kepalamu Dias. Bu, tolong nyalakan TV. Ayo kita nikmati malam ini bersama-sama. Tidakkah kau ingin menikmati teh buatan Ayu?"

Kamu mengankat kepala dan menatap ayah perlahan. Kemudian kamu mengalihkan pandangan padaku dan perlahan kulihat air matamu meluncur dalam diam.

Ingatkah kau malam itu? Hei... hujan malam ini sangat mirip dengan hujan yang membasahi motor dan jaketmu dikedua malam hujan yang kukenang. Lagi-lagi, di usia yang sudah menuju senja, aku duduk sendiri menyaksikan acara TV yang samasekali tak kutangkap isinya. Anak-anak telah tertidur lelap dan aku tak bisa melewatkan hujan malam ini, malam yang membuatku teringat akan masa itu.

Tiba-tiba handphone ku berdering, tertera namamu dipermukaan layarnya. Ah sungguh kebetulan. 
"Halo?" kataku dengan pelan.
"Halo. Selamat malam wanita ku. Hei disini hujan sangat deras... tiba-tiba aku ingat sama bekas luka di kepalamu.... hahahahhaahahaha. Apa kabar Indonesia? ah... mm... maksudku bagaimana kabarmu? kabar anak-anak?"
Ah...suara mu memecah malam. Terdengar lebih nyaring dari bunyi TV atau hujan yang sejak satu jam yang lalu memenuhi telingaku.
"kabar baik"
jawabku dengan senyum dan airmata.

-Pada malam dengan hujan, angin dan petir, Aku bercerita-

Kamu

Ketika indra ku menumpul
Ketika ego ku meluap
Ketika lubang itu membesar
Ketika kejanggalan terungkap
Ketika hati berkata tak ada yang lain
Ketika mulut enggan mengungkap
Ketika mata tak bisa berbohong
Ketika dusta menjadi sangat nyata
Ketika aku berada dalam kehampaan
Ketika aku berfikir 'hentikan'
Ketika merendah, berteduh
Ketika pejam, membasuh

Pesan untuk "kakak-kakak"

Kakak-kakak......... seharunya postingan ini menjadi sangat simple. Karena do'a semua orang adalah "semoga lulus dengan nilai yang baik! amiiiin" begitupun dengan saya. Selain untuk  kakak-kakak kelasku yang akan UN, aku juga mendoakan temanku yang akan ikut SNMPTN yaitu AKA!! juga buat Yara yang mau UN TT^TT gak kerasa nak bentar lagi kalian disebut "MAHASISWA" TT^TT Ah... gak nyangka.. sebentar lagi saya akan jadi kakak kelas MUTLAK di sekolah. huh -_____- kalo ngebayangin sekarang... sepi rasanya.. menyedihkan pula..

Kakak-kakak.... pilih jurusannya bener-bener dari hati ya... jangan karena ambisi orang lain atau cuma karena alasan "kata orang". Semoga kalian semua berhasil :D di dunia dan di akhirat. Satu lagi... kunjungi kami ya adik-adik kelas yang akan berjuang seperti kalian di tahun depan TT^TT jangan lupakan aku XDDD

Antara Ketinggian Dan Adrenalin Yang Membara!!

ehem.... malam senin ini saya mengetik dikamar adik sambil menikmati suara-suara petir yang begitu anggun... sejenak meluapkan ingatan dan keinginan sambil secara perlahan melupakan kepenatan akan tugas-tugas dari bapak dan ibu guru tercinta. Hahahahhahahahahaha kalimat yang begitu panjang tanpa titik! hebat! ah... sebenarnya sih tidak juga -..- hohoho

Yup sebentar lagi hujan dan petir sudah menyambar-nyambar... mengingat hujan akan turun dan petir dari langit, tiba-tiba saya ingat akan ketinggian.... hahahahahhaa (maaf agak maksa, tapi ini kenyataan)

hmm.... jujur, saya ini phobia ketinggian. Asalkan sudah berdiri diatas sebuah pijakan dengan tinggi diatas 1m, saya pasti sudah merinding ding ding dan telapak tangan saya mendadak memproduksi mata air (alias basah!) parah ya... padahal cuma 1m. Biarpun saya ini takut akan ketinggian, tapi yaaaa~ namanya juga Darah Muda~ seperti kata bang Roma, darah muda darahnya para remaja. Dan saya masih remaja!! Kelenjar hormon adrenalin saya lagi tinggi-tingginya memproduksi hormon tersebut sehingga rasa penasaran dan keinginan untuk mencicipi hal-hal ekstrim sangatlah tinggi di dalam diri saya!!

Bayangkan! seorang yang takut akan ketinggian ini pernah lompat dari atas jembatan! dengan laut sebagai peredam dibawah dan teriakan penonton sebagai penyemarak. Dan rasanya... woooowwww~ FANTASTIK!!! selain itu.. SAKIIITTTT!!!!! pantat saya jatoh duluan nabrak air! udah gitu pulang ke rumah sewaannya naik sepeda pula... bisa dibayangkan kan betapa perihnya pantat saya TT^TT

entah kenapa, pengalaman saya tahun lalu ini mendadak menjadi sangat menarik untuk diketik di halaman maya ini. Sebelum saya  melepaskan pegangan dari besi jembatan, saya yang sudah berkali-kali melihat kebawah merasakan pusing yang membuat mual. Selama ini, rasa pusing yang membuat saya seolah-olah merasa terbang dan jatuh itu selalu saya tahan (biar gak jatoh). Tapi, kali ini saya mengikuti kemauan tubuh yang mendadak jadi sangat egois itu! saya lepaskan pegangan dan biarkan tubuh saya jatuh ditarik oleh gravitasi. Pada mula saya menyerahkan tubuh saya pada laut, rasanya masih BIASA SAJA. nothing special... Tapi... ketika sekitar 3 meter lagi menyentuh permukaan laut, barulah terasa NGERI nya kecepatan yang tubuh saya alami!! Karena badan saya yang besar (otomatis berat), kecepatan jatuh saya lebih cepat dari Vina atau Eki yang juga ikutan NGUJI ADRENALIN di pulau Tidung. Rasanya tuh kayak jantung, ulu hati, lambung, usus masih ketinggalan diatas!!! trus muka tuh udah kayak mukanya Komeng pas ngebut naik motor di iklan-iklannya. BWAH ANCUR DEH!!

Bahkan setelah melompat pun Ian memaksa saya untuk melompat lagi dengan alasan "KAK!! KECEPETAN LOMPATNYA!! GAK KASIH ABA-ABA LAGI! JADINYA GAK KEFOTO!" yaaah... mau gimana. Adrenalin udah berubah jadi ngilu di perut dan perih di pantat. Masa iya lompat lagi. Sekali cukup!!

Sampai di laut, perih, ngilu dan ngeri masih sangat sangat terasa!! anehnya, baru sampe bawah saya jadi deg-deg an dan pengen teriak sekenceng-kencengnya! tapi karena masih di air, ya jadinya berusaha dulu berenang naik ke permukaan. Dan ternyata lautnya sangat dalam! badan saya yang berat bikin saya jadi masuk kedalam teralu dalam (hala ribet ini bahasanya). Pokoknya gitu deh! mendadak jadi lupa gimana caranya berenang. 

Setelah naik ke permukaan, ibu saya berteriak dari atas kapal "HEBAT KAMU!! BIASANYA DI JEMBATAN PENYEBRANGAN AJA TAKUT SEKARANG LOMPAT DARI JEMBATAN KE LAUT!!" 

yaaah... gimana ya... saya juga gak nyangka ternyata jembatan itu tinggi dan laut bisa bikin pantat saya perih. Yang jelas untuk hari itu dan 2 bulan kedepannya, saya ANTI naik ke tempat tinggi dan nengok ke bawah. Tapi... mungkin kalo sekarang disuruh lompat.... iam ready again... hahahahahahhahahahahaha kalo dipikir pikir, enak juga rasanya ngikutin ketakutan yang kita alami. Rasanya aku memang menyerahkan tubuh ku pada alam dan menyatukan ketakutanku dengan adrenalin yang membaraaa!!!

Saturday, April 16, 2011

Dan kenapa saya begitu pemalu?!!!

YAP! pernyataan diatas keluar gak cuma karena satu atau 2 kejadian. Tapi dari ratusan kejadian yang memang sudah terjadi dalam hidup saya. Simple, saya memang terlahir menjadi seorang yang sangat pemalu. Pemalu ke arah gak pede-an. Jadi, kalo ketemu orang baru, lingkungan baru, kegiatan baru, mulut saya akan terkunci sangat rapat dan meningkatkan kemungkinan SALTING menjadi 99%!! dan seperti yang diketahui banyak orang, SALTING membuat banyak kerugian, diantaranya :
  • Ngomong gak lancar
  • Kesandung
  • Dari bisa jadi gak bisa
  • Selalu nunduk
  • Mulut pegel karena hanya diam, bicara seperlunya dan tahan berjam-jam gak ketawa ngakak
  • Dianggap 'unik' oleh teman baru (ini yang paling menyedihkan TT^TT)
  • ketawa di tahan-tahan
  • Tangan dan bibir gemetaran
  • gak bisa jadi diri sendiri
DAAAAAN BANYAK HAL LAINNYA!! keseeeeellllll!!!!

padahal bisa kan cuma ngomong "eh yang ini jawabannya gimana?" atau "lo tadi baca artikel yang mana?" atau "kok ini susah  sih?" TAPI KENAPA MULUT SAYA TERKUNCI BEGITU RAPAT!!!

ARRGGGHHHHH!!!! pokoknya minggu depan saya harus bisa lebih santai dan menyamankan diri sendiri.

HOH -_______- repotnya jadi orang pemalu