Oke, sebelum memulai kisahnya, harus diberi pemberitahuan dulu bahwa saya baru hidup 17 tahun lebih sedikit di dunia ini. Jadi, judul diatas, dibuat berdasarkan data 17 tahun hidup saya. Sangat mungkin jika beberapa tahun kedepan, akan ada hal yang lebih parah dan menyedihkan dibandingkan ini.
Oke! (lagi?) hmm... ini kisah tentang fisika. Jadiii.... jujur aja, saya gak mampu didalam bidang pelajaran itu. SUSAH!! saya paham sebetulnya... tapiiii gak tau musti digimanain itu angka-angka. Kacau deh. Teori sih inget...rumus juga inget.. tapi.. oprasi matematikanya yang kacau.
Kisah ini terjadi setahun yang lalu. Ketika saya duduk di kelas 10 dan sedang mengalami ujian semester ganjil. Hanya ada 5 soal fisika (esai) dan kelima-limanya SAYA TAK PAHAAAMM!!
Sungguh hancur rasanya
melihat teman-teman yang fokus mengerjakan hingga ke lembar-lembar belakang
bahkan minta kertas coret-coretan tambahan
Sangat berbeda dengan saya
yang cukup stress selama 2 jam yang sangat tidak produktif
alhasil cuma bengong, iri hati, menangisi 'kenapa saya tidak bisa sedangkan mereka bisa?' dan menonton teman-teman yang akan mendapat nilai. Bahkan saat itu, mendapatkan angka nol pun sudah menjadi harapan. Saat itu, keyakinan saya hanya 2 :
-Masuk IPS
-Nilai ku = MINES
hahahahhahahahaha sangat BISA membuat seorang murid SMA STRESS dalam sekejap
yaaaa.... biarpun pada akhirnya saya masuk IPS tapi tetap saja..
hingga saat ini rasa sakit hati itu masih menghantui saya TT^TT (maaf agak lebay)
Tapi serius deh! rasanya tuh bener-bener down sampe pengen nangis
Setelah cukup lama memelototi soal-soal yang menunggu untuk diisi itu, saya pun berusaha mengisinya (YEAY!! :D)
gila nya, saya menjawabnya dengan esai HAHAHAHAHHHAHA
yaa... jawab secara logika aja
gak pake angka
trus diujung kertasnya, saya menulis surat untuk guru fisika saya
isinya gak jauh-jauh dari perasaan menyerah dan putus asa
dan komentar guru fisika saya hanya seperti ini "yaa... kamu emang anak IPS sejati. Soal angka aja dijawab pake esai"
ya... maaf lah kak. Saya sudah pasrah
yak... sekian kisah 2 jam paling menyedihkan dalam hidup saya yang hingga saat ini masih membuat saya cukup sensi akan angka-angka dan oprasi matematika yang rumit dan gak awam. -____-