Wednesday, December 07, 2011

Hari Ini

Hari ini, ribuan topeng sudah  kupasang di wajahku. Aku gak leluasa... untuk menunjukkan kesedihan, kekecewaan, kegilaan. Dia, melupakan segala hal yang berhubungan dengan aku. Nampaknya dia tak peduli. Tapi bodohnya aku, seharusnya aku tahu itu karena dari dulu sampai kapanpun, dia memang tak akan pernah peduli padaku. Ia melupakan janji.. ah.. bahkan hutang padaku. Tak hanya satu, tapi dua :p gak beda jauh ya hahaha

Bodohnya aku, aku menganggap ia akan mengingat hal-hal itu tanpa perlu diingatkan. Haruskah aku mengatakan itu setiap hari? jangankan dia... akupun lelah jika harus setiap hari mengatakannya. Aku teralu bodoh karena mempercayainya bahwa ia akan mengingatnya. Ia orang yang sangat sederhana. Ia hanya mengingat hal-hal yang penting bagi dirinya, hal-hal yang baru terjadi dan hal-hal yang terus diulang setiap hari. Wajar  sih... untuk apa mengingat hal yang tidak penting? Tetapi, kewajaran dan kesederhanaan inilah yang membuatku kecewa. Ia melupakan janji-janjinya padaku. Artinya, aku bukan siapa-siapa, dibandingkan dia. Bodohnya aku, merasa ia ingat akan semua itu. 

Bodohnya lagi, aku menganggap ia tahu semua yang aku rasakan. Nyatanya, ia tak mengerti. Ia masih polos bagiku. Tunggu... entah dia polos atau teralu pintar. Sangat tipis bedanya. Yang jelas, ia seperti  anak-anak. Ia ingin dimengerti dan dimaklumi. Ia ingin dibantu dan dimanja. Wajar... aku juga suka jika diberi bantuan dan di manja. Menyedihkannya, aku tak mampu lagi mengenalnya lebih dari ini. 

Aku sudah cukup gila karena mengenal dan memahami dirinya sejauh ini. Bodonya aku, tindakan menjauhkan ini justru malah balik melukai ku. Aku tak lagi mengenal dirinya sebaik aku mengenalnya dulu. Perkembangannya teralu pesat. Ia berubah menjadi orang yang sangat sangat baik, diluar pikiran dan jangkauanku. Kini aku merasa tak  lagi begitu mengenalnya. Dia, lebih mengenalnya. Sekalipun aku hanya temannya, aku tetap merasa cemburu sebagai teman. 

Aku tak mampu menceritakan hal ini pada siapapun. Kurasa, teman-temanku sudah muak mendengar aku membicarakan orang itu lagi. Karena sekali membicarakannya, tak akan ada kata selesai dalam otakku. Aku tak pernah mampu menghentikan begitu saja pembicaraanku. Tak mungkin juga aku menceritakan hal ini kepadanya. Kurasa, ia lebih baik tak pernah mengetahui apa-apa soal aku dan perasaanku. Apa pedulinya? Lalu kalaupun ia tahu, untuk apa? Bodohnya, saat ini aku bercerita di dunia maya. Biarlah. Kupublikasikan cerita ini. Hati dan pikiranku sudah tak mampu lagi membendung cerita-cerita ini. Pikiranku rasanya mau meledak. Semua kecemburuan, kekecewaan, kesedihan, kekalahan kurasakan dalam satu waktu yaitu hari ini. Ia tak memberikanku kado. Haha jangankan kado. Janjinya padaku soal jajanan waktu di kotatua pun dia tak ingat. Memang, aku bukan siapa-siapa. Aku dapat memahami, mengapa ia melupakannya.  Bodohnya, aku ternyata tetap tak terima jika ia melupakanku. 

Berusaha menjadi teman yang baik tanpa melukai siapapun sangat sulit. Aku tahu, permintaanku selalu naif dan tak masuk akal. Namun kali ini saja, kumohon, izinkan kami semua, aku, dia, dua teman terbaik sepanjang usia, yang jauh disana dan yang hatinya selalu jauh dari kita, bahagia di jalan yang benar. Izinkan kami suatu hari nanti, bertemu dengan wajah-wajah bahagia. Berbicara tentang pengalaman kami setelah pergi dari tempat itu dan menertawakan hari ini sebagai masa lalu yang penuh kenangan. 

No comments:

Post a Comment

silahkan tulis komentar anda :D