Wednesday, September 28, 2011

Beberkan Saja. Toh Mereka Pasti Mengerti

Semua terasa ketika
Kabut menyelimuti pepohonan dengan cepat
Menutup semburat cantik cahaya
Yang menyelinap di balik dedaunan hijau yang rindang

Semua terjadi ketika
Suara ramai itu berdenging memenuhi telinga
Pandangan kabur hingga tak lagi mampu mencari fokusnya
Lalu diam menatap keramaian yang tak kunjung berhenti

Semua seolah menghilang ketika
Kebahagiaan kecil yang menyengat muncul secara tiba-tiba
Menghiasi senyuman
Mengintip dari selimut duka yang selama ini tak mampu terbuka

Semua terasa ringan ketika
Langit menunjukkan keanggunanya
Menampilkan keindahan seluruh awaknya
Lalu menghujani dengan kehangatan sang sahabat

Lalu perlahan semua menghilang
Tepatnya, mati
Tepat pada hati
Tepat seperti telepati

Deskripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh teman, yang merasa bahwa aku adalah bagian dari dunia mereka
Bagi orang, diam itu emas
Bagiku, diam itu sampah
Maaf aku tak pintar berbohong
Maaf aku tak pintar mengatakan maaf
Maaf, aku tak pintar berterimakasih
Maaf aku membeberkan segalanya tanpa permisi
Maaf aku menggunakan topeng untuk kesekian kali

Thursday, September 22, 2011

Seonggok Merah

Entah sudah keberapa kali aku menuliskan kalimat ini. Mungkin keinginanku memang naif, tak masuk akal, tak logis. Tapi yang kuinginkan hanyalah kita semua bahagia.

Kenyataannya, aku menemukan seonggok merah yang seolah tak diinginkan. Apa, disana kebahagiaan kalian? Mungkin kalimatku ini terdengan begitu jahat. Tapi aku menuliskan ini bukan karena ingin kalian di cap sebagai 'si jahat'. Lebih tepatnya, aku menulikan ini karena aku sayang kalian. Kalau memang seberat itu menjalani hari dengan seonggok merah yang seperti itu, ya sudah. Pergilah. Senangkanlah diri kalian. Jangan dekati dia. Biarpun si merah lebih suka ramai dan selalu bersama-sama, tapi kalau memang se sulit dan se pahit itu, pergilah dari sisinya. Itu lebih baik bagi semuanya. Baik si merah maupun kalian. Karena, kebahagiaan kalian, adalah sebagian besar dari kebahagiaan si merah.

Ku mohon, pahamilah sedikit onggokan busuk itu. Jangan biarkan ia terus membusuk hingga mati. Aku dan dia, sudah lelah menunggu.


Monday, September 19, 2011

its just likes another bad dream.

Mungkin sulit untuk dimengerti seperti apa pertemanan yang terjalin di sekolah ku. Sekolah dengan murid yang sedikit dan rata-rata murid-muridnya sudah bersama sejak TK atau SD. Bisa dibilang, kami satu sama lain sudah saling mengenal sejak masih nangis bersama ketika di TK ataupun SD. Ketika masih sangat konyol, lugu, hancur, aneh, pemalu dan polos. hahahahahahha masa-masa yang sulit diingat dan takkan terlupakan.

Masa-masa kelas 12 ini menjadi begitu berarti karena kami hanya tersisa 5 orang dari 17 orang (angkatan SD). Kemudian silih berganti masuk dan hanya tinggal 1 yang bertahan. Sama sekali tak disangka, 1 orang dari 5 pergi begitu saja tanpa pamit. Dengan alasan "berat ngi kalo pamit".

Ya well... memang berat. Tapi bukan berarti kamu bisa diam aja terus pergi! Rasanya masih kayak mimpi buruk. Secara tiba-tiba jumlah orang yang sudah sangat minim berkurang. Parahnya, pergi begitu saja. Padahal sudah janji mau kasih liat rambut baru tapi mana! Malah pergi keluar kota cuma dadah-dadah. Menyebalkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnn!!!! TT^TT

Kamu membuat hari ini RUSAK TOTAL! perasaanku amburadul! sudah kubilangkan kurang satu orang saja kelas kita akan jadi sepi! tapi kenapaaa......

HUUUUWAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!! KAMU JADI GAK ADA DI YEARBOOK! GAK IKUT AKHIR TAHUN! GAK IKUT EKSPEDISI! HUWA HUWA HUWAAA

biarpun selama ini aku jahat, aku sayang sama kamu! Kan aku jahat cuma karena iseng aja  :3 lagian jadi orang sensi banget... ngambekan pula...

Sekarang kita sekelas cuma berlima... gak ada lagi yang bisa dimintain lap kacamata TT^TT

ALEEEEP!

Berat menyadari kalo tahun ini harus diakhiri dengan gak lengkap kayak gini. Aku kira kita bakalan terus berusaha bersama sampe lulus dari sekolah yang sama. Katanya mau ngehajar aku buat bales dendam di akhir kelas 12.... mana?

biarpun aku udah gak bisa nangis lagi (mataku udah perih) (capek) (kering) tapi tetep aja aku masih gak percaya! itu semua berasa kayak kamu cuma gak masuk karena sakit atau izin satu hari. Gak lebih dari itu.

HUWAAAA ALEEEP!! 
huwa huwa T_______________T

aku gak bisa bilang apa-apa lagi selain goodbye, semoga kamu bahagia dan betah di sana, lulus lah dengan nilai yang bagus, jangan nengok kalo ada yang bilang bagus, ijo, hijau. Trus jangan sensi kalo ada yg ngebahas sesuatu yang hitam. nanti kamu gak punya temen. 

Alep.... T__T jujur aku masih gak percaya lho
sepi padeh...
ah padeh..
padeeh...
padeh...

doain kita yang masih di sini ya
bye :")

Friday, September 16, 2011

Surganya Leci!

"Suka buah Leci?"

Kalo pertanyaan diatas itu diajukan kepada saya, maka saya akan menjawabnya dengan sangat antusias! 

"IYA! SUKA BANGET!"

Bagi orang-orang yang juga suka dengan buah manis dan mungil ini, wajib tahu bahwa Vietnam adalah surganya Leci. Bayangkan, dengan 10.000 Dong (Rp 5000) kita bisa mendapatkan 1KG buah Leci! Kerennya lagi, buah Leci yang dijual ini FRESH dari pohonnya! Jadi yang jualan itu bener-bener menjual dagangannya di sekitar pohon-pohon Leci yang juga nampak selezat buahnya :)


Ini adalah buah Leci yang baru dibeli langsung di sekitar pohonnya
Sumber : Dokumentasi Pribadi


Tapi harus hati-hati, karena ada juga beberapa pedagang yang menjual Leci-Leci busuk. Kejadian ini sempat menimpa salah satu anggota rombongan saya yang terlanjur membeli 1 KG Leci busuk. Kalau sudah membeli, dikembalikan pun tak bisa. Apalagi mau protes. Mau pakai bahasa apa? Inggris mereka gak bisa. Kalau bahasa Vietnam? halah-halah nekat. Jadi, cermat-cermat lah berbelanja.

Ah! satu lagi yang seru. Ceri! Di sekitar pohon Leci yang tumbuh lebat, ada juga beberapa pohon Ceri dengan buah-buahnya yang menggantung. Euuuuu~~~ menggiurkan :3

Ibu saya bahkan sampai sengaja memetiknya dan memberikannya kepada seluruh anggota keluarga. Aiiiiiihhh~~ cinta deh sama Vietnam! 

Buah Ceri dan Leci yang menjadi buah langka dan cukup mahal di negara kita ini ternyata menjadi makanan murah meriah di Vietnam. Gak bisa makan di negara non muslim? hohoho Jangan dulu ambil kesimpulan! Lihatlah buminya!

Thursday, September 15, 2011

tes tes!

Panik panik panik! gini nih penyakit kalau jadwal udah bentrok semua! Mulai dari sekolah sampe tempat les memperebutkan keberadaanku! -__-

Mengatur waktu memang masalah urgent yang sangat tottemo very sulit! Apalagi kalo udah kelas 3 begini -,- kacau~

Oke PR menumpuk dan rasa malas yang pelan-pelan menusuk pun kian menumpuk. "Ayo fokus-fokus...." "Gak BISA!"

yap hati nurani lagi berantem (lagi) di otak. Berisik!

Oke, tinggalkan blogger yang menggoda ini dan ayo fokuuuuus! konsentrasi! kekentalan o_o"...

jyaa nee
bye
dadah~
Published with Blogger-droid v1.7.4

Wednesday, September 14, 2011

Aku dan Tembok Itu

Ketika aku berbaring, rumput dengan lembut menyentuh kulitku yang sensitif. Diam, diam, diam. Dalam diam kurasakan tanah mulai menyatu dengan tubuhku. Kubentangkan tangan dan kutatap langit lekat-lekat. Awan dengan lekukannya yang khas seolah menari-nari diatas wajahku yang sudah kulupakan bentuknya. Kemudian langit secara perlahan memamerkan keindahan dirinya dengan bantuan sinar matahari yang selalu setia dan awan-awan putih yang sejak awal menggantung di atas sana hingga membuatku tak bisa beralih. Adakah tempatku di sana?

Dengan berat kutopang tubuhku dan mencoba untuk berdiri. Lagi-lagi, tembok besar itu menghalangi pandanganku untuk melihat langit yang indah dengan lebih jauh. Matahari pergi secara perlahan, menuju wilayah yang tak pernah kusentuh. Begitupun dengan awan-awan, yang seolah selalu setia menjadi pelengkap kehangatan matahari yang dicintai oleh semua mahluk hidup. Ya, ia selalu dicintai oleh banyak individu, banyak orang. Kemudian ketika lewat dari tengah hari, ia akan pergi, menuju tempat yang tak lagi bisa kujangkau. Tembok sial itu benar-benar mengganggu hidupku yang tak bisa disebut bahagia. Seolah meledek keterbatasanku, tembok besar itu tetap berdiri kokoh, enggan disingkirkan.

Jangan kalian tanya berapa kali aku mencoba menghancurkan tembok itu semampuku. Sudah kupukul dengan begitu banyak benda. Sudah ku dorong dengan seluruh kemampuan yang ada. Bahkan sudah kulumuri seluruh permukaannya dengan air mata derita yang selama ini berderai jatuh tak terbendung. Kemana semua orang? mengapa hanya aku yang di sini? apakah sehina itu diriku hingga tak pantas hidup di balik tembok sial ini? Apa seburuk itu menjadi berbeda?

Aku kesepian. Terutama setelah matahari pergi meninggalkanku. Aku selalu menantikan kehangatannya. Menunggu senyumannya, menantikan tawanya. Sekalipun pada malam hari, aku jadi gila karenanya. Karena kepergiannya. Karena rasa rindu yang seolah merobek seluruh jantungku, lambungku, tenggorokanku, kulitku, bibirku. Aku rindu akan kehangatan yang ia bawa. Sekalipun itu menimbulkan candu dan bekas yang mendalam dalam setiap lukaku. Sekalipun kehadirannya, selalu menambahkan goresan dalam hatiku.

Seolah menantang tembok itu terus berdiri tegak di hadapanku. Seolah menghina, tembok itu tak pernah sedikitpun hilang dari hadapanku. Lapangan sempit ini sudah membuatku hampir-hampir gila. Aku butuh mereka yang berada di balik tembok sialan ini. Berteriakpun percuma. Takkan ada satupun yang mampu menolong. Bahkan burung-burung yang melintaspun menertawakanku dengan kicauannya yang ramai. Angin menghina dengan dorongannya yang kasar dan tembok itu. Ya, tembok itu. Menatap dengan jijik kearah aku, yang tak kunjung mampu mengubahnya. 

Entah siapa yang salah, aku tak tahu. Bagaimana kisah awalnya? aku pun lupa. Yang kusadari hanya posisi melelahkan ini. Bahkan bayanganku pun enggan bersamaku lagi.